The Lancet, salah satu jurnal medis Inggris, menemukan survei di 10 negara bahwa lebih dari setengah anak muda berusia 16-25 tahun merasa sedih, marah, cemas, takut dan tidak berdaya atas perubahan iklim.
Peningkatan suhu global memicu intensitas badai, naiknya permukaan air laut dan gelombang panas sehingga manusia sulit untuk beradaptasi.
Bahaya tengah mengancam keselamatan umat manusia dan bumi.
Baca Juga: Adakah Hubungan Mata Uang Crypto Dengan Perang Rusia vs Ukraina? Simak Ulasannya Disini
Jika manusia mampu memilih untuk boros menggunakan energi, maka bisa juga bertindak yang memperbaiki stabilitas iklim. Pada akhirnya, manusia dan bumi kembali menjadi sehat.
Diperlukan pengetahuan ilmiah dalam menjaga keragaman hayati, memperhatikan seluruh tindakan yang dilakukan. Tidak boleh sembarangan.
Memperkuat kemauan dalam mengurangi emisi karbon dan bersiap menghadapi bencana iklim.
Pandemi covid-19 mengingatkan kita mengenai iklim. Sudah saatnya manusia bertindak secara harmonis dengan alam.***