Perubahan Iklim Mengguncang! Tempat Istirahat Pendakian Gunung Everest Terpaksa Pindah

- 20 Juni 2022, 00:01 WIB
Ilustrasi Pemandangan Gunung Everest
Ilustrasi Pemandangan Gunung Everest /Foto: REUTERS/Gopal Chitrakar/

HALOCILEGON - Kabar buruk bagi masyarakat pendaki gunung. Kali ini, kabar datang dari gunung tertinggi nomor 1 di dunia, Everest, Nepal.

Tempat peristirahatan bagi para pendaki terpaksa harus pindah lokasi.

Yang teramat mengkhawatirkan, peristiwa tersebut dipengaruhi oleh perubahan iklim yang kian krisis.

Baca Juga: Belajar dari Kolombia: Penyelarasan Keanekaragaman Hayati Dengan Pembangunan Berkelanjutan

Melansir laman media iflscience pada Minggu, 19 Juni 2022, perpindahan daerah lokasi peristirahatan dikarenakan menguatnya ancaman gletser yang menampungnya.

Semula, tempat istirahat berada di gletser Khumbu, suhu yang memanas membuatnya tidak stabil hingga dipindahkan jauh ke bawah gunung.

"Bergeser turun dengan jarak 200-400 meter (656 kaki), atau 1312 kaki lebih rendah dari ketinggian 5.364 meter (17.598)," kata direktur jenderal departemen pariwisata Nepal, Taranath Adhikari.

Baca Juga: Blockchain : Apa Saja Yang Dapat dan Tidak Dapat Di Pertukarkan, Kamu Wajib Tau! Simak Ulasannya

Secara alami terjadi retakan di sekitar lokasi peristirahatan, bahkan pendaki ikut juga terancam oleh jatuhan batu dan puing atas mencairnya gletser.

"Kami sekarang sedang mempersiapkan relokasi dan kami akan segera memulai konsultasi dengan semua pemangku kepentingan," kata Adhikari, berbicara.

"Pada dasarnya terkait dengan adaptasi perubahan iklim di sekitar lokasi peristirahatan, ini menjadi penting bagi pendakian."

Baca Juga: Pentingnya Belas Kasih Dalam Menanggulangi Depresi dan Kecemasan

Gunung Everest yang tingginya hingga 8.848 meter (29.031 kaki) diatas permukaan laut tidak terlepas dari perubahan iklim.

Tahun 2018 terdapat studi yang menyebutkan suhu es minimum gletser di Khumbu hanya -3,3°C (26°F), menghangatnya suhu kini mengkhawatirkan yang menunjukkan gletser sangat rentan terhadap panas.

Studi lain di awal tahun ini juga menemukan glester tertinggi di gunung Everest, South Col Glacie, melepaskan es senilai 2.000 tahun dalam 30 tahun dan telah kehilangan setengah massanya sejak 1990an.

"Perubahan iklim menunjukkan pemanasan yang berkelanjutan dan hilangnya massa gletser yang berkelanjutan, dan bahkan puncak gunung Everest dipengaruhi oleh pemanasan sumber antropogenik," kata Mariusz Potocki, ilmuwan iklim dari University of Maine yang melakukan studi tahun 2022.

Baca Juga: Belajar Menjalin Hubungan Mesra Dengan Bumi Sebagai Bagian Utuh Dari Diri Sendiri

Situasinya menjadi sangat parah dari yang di sangkakan, bahkan tubuh manusia yang telah lama hilang turut muncul dari lapisan es yang mencair.***

Editor: Lina Sobariyah

Sumber: iflscience.com


Tags

Terkait

Terkini

x