Baca Juga: 4 Pertanyaan Cak Nun yang Akan Membuat Kamu Mengenali Diri Sendiri, Mau Mencobanya?
Peneliti Einstein menggunakan SCMDA untuk perbandingan lanskap mutasi sel-sel epitel paru-paru normal (sel-sel yang melapisi paru-paru) dari 2 jenis orang: 14 orang tidak pernah merokok pada usia 11-86 tahun, dan 19 perokok usoa 44-81 tahun yang merokok maksimal 116 bungkus (1 bungkus rokok setahun merokok sama dengan 1 bungkus rokok yang di hisap per hari selama 1 tahun).
Hasilnya, mutasi (varian nukleotida tunggal dan penyisipan dan penghapusan kecil) terakumulasi dalam sel paru-paru non perokok seiring bertambahnya usia -sering kali ditemukan mutasi secara signifikan pada sel paru-paru perokok.
"Mungkin, ini salah satu alasan begitu sedikit non perokok terkena kanker paru-paru, sementara 10-20% perokok seumur hidup mengalaminya," kata Dr. Spivack.
Jumlah mutasi sel yang terdeteksi dalam sel paru-paru meningkat sejalan dengan jumlah tahun merokok, sebagai temuan lain penelitian ini -dan, muntkin, resiko kanker paru-paru juga meningkar.
Menariknya, peningkatan mutasi sel berhenti setelah 23 bungkus tahun paparan.
"Tidak ada beban mutasi bagi perokol berat sekalipun," kata Dr. Spivack.
Baca Juga: 3 Penyebab Mengapa Seseorang Sering Mengalami Rasa Cemas Berikut Cara Mengatasinya
"Data kami menunjulkan bahwa orang-orang ini mungki bertahan lama meski merokok berat karena berhasil menekan akumulasi mutasi lebih lanjut. Penuruman mutasi dapat berasal dari orang-orang yang memiliki sistem yang sangat mahir untuk memperbaiki kerusakan DNA atau mendetoksifikasi asap rokok," lanjutnya.