Sisi Budaya yang Ada di Dalam Agama yang Perlu Kamu Ketahui

9 April 2022, 09:37 WIB
Sisi Budaya yang Ada di Dalam Agama /Kemendikbud ristek /

HALOCILEGON.COM - Bisa dibilang semua agama mempunyai sisi budaya yang dimasukkan dalam syariat agama.

Agama dan budaya tumbuh berkembang hampir bersamaan, saling dukung dan saling mempengaruhi satu sama lain.

Keberadaan agama yang berasal dari langit, bertemu dengan budaya yang berasal dari bumi.

Budaya hadir untuk membumikan ajaran-ajaran langit yang ada di dalam agama.

Baca Juga: Inilah Cara Cuci Otak Calon Teroris dan Cara Hipnotis Agar Calon Teroris Mau Lakukan Bom Bunuh Diri

Nah, praktek membumikan ajaran langit ini dalam kata lain disebut akulturasi, sebuah proses penggabungan nilai agama dengan budaya yang berkembang di masyarakat.

Proses akulturasi agama masuk dalam tradisi budaya setempat yang paling populer pada masanya. Wayang kulit yang merupakan tradisi budaya Jawa, digunakan oleh para juru dakwah (wali sanga) untuk menyampaikan nilai-nilai islam dalam cerita wayang kulit. 

Nahdatul Ulama (NU) membawa akulturasi budaya Indonesia yang punya tradisi kebersamaan, menghadirkan tahlilan, maulidan, ziarah kubur, yasinan malam jumat, sebagai waktu kumpul-kumpul atau tradisi kebersamaan yang mengajak masyarakat untuk ikut andil bergabung dalam kegiatan beragama.

Walau memang ada dalilnya yang menguatkan, di pemahaman yang lain dinilai sebagai bid'ah yang menyesatkan karena dianggap tidak ada anjuran langsung dari Nabi Muhammad.

Baca Juga: Agama, Seks dan Candu Mulai dari Perspektif Karl Marx hingga Sigmund Freud

Budaya Arab, mau tidak mau masuk dalam agama islam. Bahwa tidak semuanya ajaran islam, murni semuanya berasal dari ajaran langit (islam).

Proses akulturasi budaya dan agama terjadi di tanah Arab, sampai sini mungkin ada yang beranggapan tidak setuju, bukan masalah. Coba sedikit saja membuka pikiran dan kritis melihat fenomena budaya dan agama.

Kita lihat, baju gamis pada pria yang diklaim sebagai ajaran agama, padahal gamis hanyalah fashion berpakaian saja.

Ada baju koko yang berbeda dengan baju gamis, yang terbaru ada rompi untuk menutupi aurat pria ketika kaos bajunya terbuka saat rukuk.

Baca Juga: Inilah Otak Manusia yang Rekam Ingatan Jangka Panjang yang Perlu Kamu Ketahui

Ini fashion pakaian (budaya), bukan ajaran agama.

Bahkan ada pendapat yang berani mengatakan jilbab adalah budaya arab bukan berasal dari inti ajaran agama.

Dalam agama Kristen pun sama, keberadaan santaklaus dan pohon natal merupakan budaya yang masuk dalam ajaran agama.

Yesus yang lahir di padang gurun jazirah Arab yang gersang, dikaitkan dengan santaklaus yang di musim salju membawa rusa terbang dan membagikan hadiah.

Baca Juga: Sering Dibully? Beginilah Cara Supaya Kuat Mental

Santaklaus dan pohon natal adalah produk budaya dan bisa dikatakan bid'ah, tapi tidak mengapa terus dipakai karena menambah kemeriahan dalam perayaan agama.

Ini belum mengenai sosok Yesus yang di beberapa daerah berbeda perwujudan wajahnya, di Jawa ada yang menjadikan sosok Yesus dalam sosok raja Jawa dan di Jepang Yesus berpakaian baju khas jepang. 

Budaya mencoba mencairkan kebekuan agama. Agama terkadang terlalu kaku dan saklek dalam menyuguhkan ajarannya kepada para pemeluk setianya.

Baca Juga: Ajaran Kawruh Jiwa Ki Ageng Suryamentaram tentang Rasa Sama, Rasa Iri dan Sombong, Serta Rasa Tentram

Dogma agama menekan umat untuk manut menurut dan mengharuskan ajaran original yang paling pertama diikuti.

Padahal proses berkembangnya sebuah ajaran agama didukung dan diikuti oleh budaya setempat.

Ulama atau tokoh agama yang menyebarkan ajaran agama pun berbeda-beda dalam menginterpretasikan pemahaman agama yang ia pelajari.

Satu sisi menyajikan khazanah sudut pandang yang beragam yang tiap orang bebas memilihnya, sisi lain membuat bingung mereka yang terlalu ruwet melihat banyaknya varian ajaran agama yang berbeda-beda.***

Editor: Roby Martin

Tags

Terkini

Terpopuler