Network
HALOCILEGON.COM - Tegas, menggunakan intonasi tinggi, dan galak, antara lain ciri seorang tiger mom.
Ini dilakukan agar anak selalu melakukan terbaik dan hasilnya yang sudah pasti harus yang terbaik.
Beberapa anak mungkin cocok dibesarkan dengan metode ini.
Baca Juga: Ketupat dan Lebaran: Warisan Penyebaran Islam di Indonesia
Tapi ingat, tidak semua anak itu sama, meskipun mereka lahir dari rahim yang sama.
Untuk menjadi orang tua tegas pun tidak harus serta merta galak.
Tegas itu dianjurkan dalam parenting, karena dengan tegas maka orang tua punya power.
Baca Juga: Segudang Manfaat, Genjer Baik untuk Kesehatan Tubuh, Salah Satunya Menjaga Imun Tubuh
Tapi tegas itu tidak sama dengan galak, seperti suka marah, mencaci maki, dan berbicara dengan intonasi tinggi.
Jika anak memiliki karakter yang 'easy', dia bisa menerima pola pengasuhan apapun.
Biasanya anak dengan karakter seperti ini lebih tangguh menghadapi kondisi di sekitarnya karena memiliki kemampuan bertahan yang lebih baik.
Baca Juga: Mencegah Resiko Kanker, Inilah Khasiat Wortel Baik untuk Kesehatan Tubuh
Tapi jika anak yang pencemas, tentunya tidak cocok dengan gaya asuh tiger mom, karena justru membuatnya semakin cemas.
Alih-alih mendapat banyak prestasi, anak malah tumbuh tidak seperti yang diharapkan orang tuanya, alhasil metode pengasuhan ini jadi tidak efektif.
Mungkin ada yang berhasil, tapi kalau tidak berhasil, maka akan jadi stressful situation buat anak.
Seorang tiger mom adalah sosok yang dominan otoriter, di mana selalu berbicara dengan target pribadi.
Meskipun sedang bicara dengan anak, namun yang digunakan adalah bahasa dirinya sendiri, sehingga kurang mendengar apa yang anak rasakan.
Jadi orang tuanya cenderung tidak membolehkan segala hal kepada anak kalau dirasa hasilnya tidak akan sesuai dengan yang diharapkan orang tua.
Baca Juga: Hey Zodiak Pisces, ini Kata Horoskop Harian Kamu, Minggu, 1 Mei 2022
Orang tua yang menerapkan tiger parenting pada akhirnya mempola anak dengan paksaan.
Akhirnya anak sering kali merasa takut jika hasil yang diperoleh tidak seperti yang diharapkan.
Jadi sepertinya anak tidak punya pilihan selain harus berhasil sesuai target orang tua, dan lebih buruknya lagi dia akan menghalalkan segala cara untuk berhasil menurut pandangan orang tua.***
