HALOCILEGON - Keamaman siber sangat penting di dunia digital.
Masyarakat modern selalu menyimpan seluruh data pribadi yang sangat rahasia.
Namun penggunaan internet membocorkan privasi kita.
Baca Juga: Yakin Data Privasi Digital Kamu di Komputasi Awan Aman? Simak Ulasan Berikut Ini
Dilaporkan halocilegon.com dari media The Next Web pada Minggu, 17 April 2022, peretas menggunakan alat pengumpulan intelijen yang tersedia secara bebas untuk menemukan jejak digital.
Jejak digital muncul saat internet digunakan.
Seluruh penelusuran, aktivitas media sosial, perilaku kita di dunia digital, informasi kesehatan, perjalanan, lokasi, informasi ponsel, foto, video, audio dapat diperoleh peretas.
Baca Juga: Manusia Akan Hidup Serba Virtual Sejak Ada AI dan Metaverse, Bagaimana Dengan Keamanan Kita?
Berbagai organisasi, perusahaan media sosial maupun pembuat aplikasi mengumpulkan data, menyusun, menyimpan dan menganalisisnya.
Sekiranya, tidak ada privasi di dunia digital.
Wajar jika kasus phishing marak terjadi.
Jejak digital target ditambang oleh penyerang, seluruh informasi seperti kontak, hubungan, karier, profesi, minat, kesukaan dan yang tidak disukai, hobi, lokasi yang sering dikunjungi, semuanya di ekstrak.
Semua tampak seperti pesan sah dengan sumber terpercaya.
Kompromi email bisnis sangat populer. carilah sebagai pebisnis sah, berupa rekan kerja, vendor pelanggan dan sebagainya dalam mencuri keuangan.
Contohnya, tahun 2015 perusahaan Ubiquity Networks Inc menjadi target.
dikirim mengirim email yang berasal dari petinggi karyawan.
Email berisi permintaan ke karyawan untuk melakukan transfer hingga 46,7 juta dolar.
Baca Juga: Seks Virtual di Metaverse Menuntut Sikap, Bagaimana Menurut Kamu?
Atau karyawan di vendor HVAC. Akses ke komputer di dapatkan oleh penyerang siber.
Stasiun kerja korban memberikan akses ke jaringan internal dan ke jaringan pembayaran target.
Penggunaan target atas point of sale di infeksi oleh penyerang, akhirnya data 70 juta kartu kredit di curi.
Baca Juga: Kerentanan Data : Iklan di Setiap Situs Muncul Berdasarkan Pencurian Data Digital Kita
Trend Micro, perusahaan keamanan komputer menemukan 91% penyerang memperoleh akses tidak terdeteksi ke jaringan dan menggunakan akses itu dari waktu ke waktu, memulai dengan pesan phishing.
25% insiden pelanggaran data, menurut laporan Investigasi Pelanggaran Data Verizon melibatkan phishing.
Baca Juga: Jangan Salah! Menggunakan Kripto di Negara iniJust will Melemahkan Ekonomi
Menanggulanginya harus dengan teknologi keamanan siber yang, setidaknya kita bertanggung jawab dalam menggunakan media sosial.***